I.
Latar Belakang
Manusia
sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara
fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha mengambil manfaat
materi yang tersedia dilingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak
sedikitnya jumlah penduduk serta unsur-unsur yang berkaitan dengan jumlah dalam
batas tertentu merupakan potensi dalam bidang pembangunan. Dengan jumlah
penduduk yang banyak merupakan sumber daya manusia untuk melakukan pembangunan yang
sedang membangun melalui pembangunan nasional yang berusaha meningkatkan
hasilnya di segala bidang kehidupan. Pembangunan nasional akan lebih bermakna
sejauh pembangunan itu mampu mewujudkan tujuan hakiki kebudayaan. Sumber daya
manusia sebagai pendukung pembangunan adalah perilaku produktif dari manusia
dalam bentuk tindakan nyata, sikap dan pengetahuan yang kondusif bagi
terjadinya perubahan-perubahan dari tradisi, sikap dan fikiran dalam menghadapi
hari depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.
Sumber
daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan
sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Semakin lengkap dan tepat
data mengenai sumber daya manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat pula
perencanaan pembangunan yang di buat menurut GBHN, penduduk Indonesia, salah
satu modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas yang
tinggi (tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi) akan menjadi modal pembangunan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Oleh karena itu, kebijakan dalam bidang
kependudukan perlu diarahkan untuk mencapai jumlah penduduk yang menguntungkan
serta kualitas tertentu yang diharapkan dapat mencapai sasaran pembangunan tertentu.
II.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja Teori untuk Menghadapi masalah SDM?
2.
Apa Pengertian SDM?
3.
Bagaimana kualitas SDM di indonesia?
4.
Bagaimana Pengembangan SDM itu?
III.
Pembahasan
A.
Pengertian SDM
Secara
sederhana (secara objektif) sumber daya diartikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan, atau kemampuan untuk memperoleh keuntungan. Sedangakan secara subjektif
sumber daya dapat diartikan segala
sesuatu baik berupa benda maupun bukan benda yang dibutuhkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Secara
sederhana sumber daya manusia dapat diartikan sebagai seluruh penduduk yang
berada di suatu wilayah atau tempat dengan ciri-ciri demografis dan sosial
ekonomis sumber daya manusia adalah semua potensi yang berhubungan dengan data
kependudukan yang dimiliki oleh suatu daerah atau negara yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Manusia
merupakan sumber daya terpenting dalam suatu bangsa atau negara. Sumber daya
manusia harus memadai, baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas. Segi
kuantitas bersangkut paut dengan jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk.
Sedangkan kualitas terutama terutama dilihat dari beberapa aspek, seperti
tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kualitas tenaga kerja yang tersedia
B.
Teori Menghadapi masalah SDM
Manusia
sebagai tenaga kerja merupakan inti atau menjadi asset setiap perusahaan,
karena manusialah yang akan menentukan peranan sumber daya lainnya yang
diikutsertakan dalam proses produksi. Manajemen sumber daya manusia merupakan
bagian dari manajemen, di mana manajemen sumber daya manusia ini
menitikberatkan perhatiannya pada masalah-masalah manusia dalam hubungan kerja
dengan tugas-tugasnya tanpa mengabaikan faktor-faktor produksi lainnya,
sehingga manajemen sumber daya manusia diartikan sebagai pendayagunaan,
penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan terhadap setiap individu
anggota organisasi.
Tugas
manajemen yang paling penting adalah mengatur dan mengelola faktor manusia
seoptimal mungkin agar dapat diperoleh hasil yang efektif dan efisien dengan
jalan menyusun, mengembangkan dan melaksanakan program pembangunan sumber daya
manusia yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan manajemen yang khusus buat
menangani dan mengelola unsur manusia disebut manajemen sumber daya manusia.
Dengan mempelajari dan menerapkan manajemen sumber daya manusia diharapkan
tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Jadi
manajemen sumber daya manusia mengandung arti pengakuan terhadap pentingnya
peran manusia pada organisasi sebagai sumber daya yang vital dalam pencapaian
tujuan-tujuan organisasi, pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan personalia
buat menjamin bahwa mereka digunakan secara efektif dan efisien agar dapat
bermanfaat bagi individu, organisasi/perusahaan dan masyarakat.
Pelaksanaan
Pemberian Insentif dalam rangka meningkatkan kinerja adalah suatu aspek dari
manajemen sumber daya manusia, buat itu perlu diketahui definisi atau
pengertian dari manajemen sumber daya manusia buat dapat lebih memahami maksud
dan tujuan dari penelitian ini.
1.
Hasibuan (2010: 10), mengemukakan bahwa: “Manajemen sumber daya
manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efisien membantu mewujudkan tujuan perusahaan, pegawai, dan
masyarakat”.
2.
Nawawi (2006: 40), menegaskan bahwa: “Sumber daya manusia adalah
potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal non-material atau
non-finansial di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi
nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
perusahaan”.
3.
Pangabean (2011: 15), mengatakan bahwa adalah: “Manajemen sumber
daya manusia merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, promosi, dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”.
4.
Sedarmayanti (2007: 6), mengemukakan bahwa definisi manajemen
sumber daya manusia adalah: “penarikan
(recruitment), seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya
manusia buat mencapai tujuan individu atau organisasi”.
5.
Sadili Samsuddin, (2006:22) berpendapat bahwa manajemen sumber daya
manusia terdiri dari serangkaian kebijakan yang terintregrasi tentang hubungan
ketenagakerjaan yang mempengaruhi orang-orang dalam organisasi. Manajemen
sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan agar sumber
daya manusia dalam organisasi dapat didayagunakan secara efektif dan efisien
guna mencapai berbagai tujuan. Konsekuensinya, manajermanajer di semua lapisan
organisasi harus menaruh perhatian yang besar terhadap pentingnya pengelolaan
sumber daya manusia”.
Dari berbagai definisi para ahli
manajemen sumber daya manusia di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan buat
memperoleh, mempertahankan dan mengembangkan tenaga kerja, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas dengan memperhatikan sifat dan hakekat manusia
sebagai anggota organisasi bersangkutan secara tepat dan efisien atau dengan
kata lain keberhasilan pengelolaan suatu organisasi bebeserta aktivitasnya
sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia.
Jadi pada dasarnya, manajemen sumber
daya manusia lebih memfokuskan pembahasannya mengenai peranan manusia dalam
mewujudkan tujuan yang optimal. Manajemen yang mengatur unsur manusia ini ada
yang menyebutnya dengan manajemen personalia. Sebenarnya pengertian manajemen
personalia tidak ada yang diterima secara umum, karena masing-masing pakar
mengemukakan pengertian mereka masing-masing.
C.
kualitas SDM di indonesia
Kualitas
sumber daya manusia merupakan merupakan komponen penting dalam setiap gerak
pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang
dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak
diikuti dengan kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan.
Kualitas penduduk adalah keadaan penduduk baik secara perorangan maupun
kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang telah dicapai.
Agar
menjadi sumber daya manusia yang tangguh penduduk harus mempunyai kualitas yang
memadai sehinga dapat menjadi modal pembangunan yang efektif. Tanpa adanya
peningkatan koalitas, jumlah penduduk yang besar akan menimbulkan berbagai
masalah dan menjadi beban pembangunan analisis mengenai kualitas sumber daya
manusia sering dibedakan menjadi kualitas fisik dan kualitas non fisik.
Indikator yang dapat menggambarkan kualitas fisik penduduk meliputi tingkat
pendidikan, derajat kesehatan, dan indeks mutu hidup. Kualitas non fisik
meliputi kualitas spiritual keagamaan, kekaryan, etos kerja, kualitas
kepribadian bermasyarakat, dan kualitas hubungan selaras dengan lingkungannya.
Sampai
saat ini, baik kualitas fisik maupun non fisik sumbar daya manusioa Indonesia
masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Karena adanya kesulitan pengukuran
kualitas non fisik, sehingga yang sering di jadikan patokan adalah kualitas
fisik kualitas kehidupan fisik penduduk setiap negara berbeda satu dengan yang
lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh lingkungan, letak geografis, dan ras
genetiknya. Negara-negara yang berada disekitar khatulistiwa, kualitas
penduduknya tergolong rendahdan negara-negara tersebut merupakan negara
terbelakang di bidang ekonomi dibandingkan
dengan negara-negara yang berada di daerah subtropis. Keadaan ini
kemungkinan besar disebabkan karena daerah-daerah disekitar khatulistiwa tidak
mengenal pergantian musimseperti di daerah sub tropis, sehingga mereka bisa
hidup sepanjang tahun tanpa mengalami kesulitan mencari perlindungan terutama
di musim dingin. Hal inilah yang mendidik penduduknya kurang berfikir untuk
menghadapi tantangan alam, dan akhirnya menyebabkan sifat malas.
Dengan
keadaan yang demikian, maka penduduk disekitar khatulistiwa hidupnya tetap
miskin walaupun daerah-daerah tersebut kaya akan sumber daya alam. Keadaan ini
sangat berbeda dengan keadaan penduduk di daerah subtropis walaupun daerahnya
tidak tersedia sumber daya alam yang banyak, namun mereka sanggup menguasai
teknologi, sehingga hasil penguasaan teknologi tersebut membuat kualitas
kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Indonesia
yang mengedepankan sektor ekonomi yang selama ini menjadi prioritas
pembangunan, ternyata tidak mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Tiga
faktor utama penentu HDI (Human Development Indeks) yang dikembangkan UNDP
adalah:
1.
Pendidikan
Kualitas
penduduk dalam bidang pendidikan sangat penting untuk diketahui, sebab dapat
menggambarkan kemampuan penduduk dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Di bidang pendidikan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia
adalah tingkat putus sekolah yang tingi. Walaupun putus sekolah itu sudah
terjadi jauh sebelum krisis moneter, namun semakin menjadi-jadi setelah
Indonesia mengalami krisis moneter.
Untuk
mengukur tingkat pendidikan penduduk, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
data penduduk yang masih buta huruf, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan tamat
Universitas. Semakin tinggi presentase penduduk yang yang masih berarti
kualitas penduduk di nagara yang bersangkutan dilihat dari aspek pendidikan
sangat rendah. Dan secara umum bahwa tingkat pendidikan penduduk Indonesia
masih relatif rendah bahkan ada yang masih buta huruf.
Ada beberapa alasan yang menebabkan terjadinya kondisi tersebut di
Indonesia, antara lain :
-
Biaya pendidikan relatif mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh
semua penduduk terutama penduduk yang mempunyai penghasilan rendah.
-
Minat menyekolahkan masih sangat rendah, terutama di daerah-daerah
pedesaan terpencil. Dikalangan masyarakat pedesaan yang terpencil, seorang anak
masih dianggap sebagai salah satu komoditas atau unit ekonomi keluarga. Banyak
anak usia sekolah daripada disekolahkan lebih baik dipekerjakan untuk membantu
orang tuanya
-
Sarana dan prasarana pendidikan yang masih belum memadai dan
proporsional, terutama untuk sekolah lanjutan (SMP dan SMA). Keterbatasan daya
tampung di SMP dan SMA, menyebabkn lulusan SD tidak tertampung semuanya di
tingkat yang lebih atas. Idealnya, kalau pemerintah telah menetapkan
kebijaksanan wajib belajar sembilan tahun, proporsi SD dan SMP harus seimbang.
Oleh karena itu, pemerintah harus terus
berusaha secara maksimal untuk menyediakan layanan pendidikan yang murah
dan berkualitas.
-
Rendahnya kualitas sarana fisik anyak sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi yang gedung-gedungnya telah rusak, kepemilikan dan penggunaan media
belajar rendah, buku perpustakaan tidak legkap dan banyak yang rusak,
laboratorium tidak standart, serta pemakaian teknologi informasi tidak memadai.
Bahkan yang lebih parah masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung
sendiri, tidak memiliki perpustakaan, dan tidak memiliki laboratorium.
-
Rendahnya kualitas guru keadaan guru di Indonesia sangat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk melaksanakan tugasnya sebagai mana tertuang dalam pasal 39 UU No.20/2003,
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan bimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian,
dan pengabdian masyarakat.
Sebagian
besar guru di Indonesia dikatakan tidak layak mengajar. Hal ini jelas
berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu, yang tingkat pendidikannya
hanya sampai SPG (SMA) atau berpendidikan D2 ke bawah.
-
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai andil dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut FGII (Federasi Guru
Independen Indonesia) pada pertengahan 2005, idealnya guru mempunyai gaji
bulanan sebesar Rp 3.000.000. Tetapi kenyataannya sekarang rata-rata gaji guru
PNS Rp 1.500.000, guru bantu Rp 460.000, dan guru honorer rata-rata Rp10.000
per jam. Dengan pendapatan yang seperti itu, banyak guru yang melakukan
pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les p[ada
sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang buku/LKS, pedagang ponsel dan pulsa,
dan sebagainya.
Keadaan seperti ini juga mempunyai andil untuk mempengaruhi
kualitas seorang guru. Seandainya guru-guru di Indonesia telah sejahtera, maka
mereka akan benar-benar memusatkan segala aktivitasnya untuk melaksanakan
tugasnya.
Masih
rendahnya tingkat pendidikan penduduk, merupakan suatu masalah yangperlu
diatasi. Apabila tidak segera diatasi, persoalannya akan semakin berat dan
kompleks beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menangani masalah redahnya
tingkat pendidikan, antara lain :
1.
Memperluas kesempatan belajar, baik melalui jalur pendidikan
sekolah maupun luar sekolah. Selain itu perlu dilakukan upaya penyadaran
terhadap masyarakat bahwa pendidikan merupakan media strategis guna
meningkatkan kualitas sumber daya insaniah.
2.
Meringankan biaya pendidikan dan membebaskan biaya bagi yang tidak
mampu, serta memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi. Di dalam UUD juga
dikatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran. Oleh karena itu sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk
menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas dan harganya murah.
3.
Meningkatkan jumlah dan kualitas sarana serta prasarana pendidikan,
seperti gedung-gedung sekolah, laboratorium, perpustakaan, media pembelajaran
dan pengangkatan guru serta ahli kependidikan yang profesional.
2.
Kesehatan
Selain pendidikan, kesehatan penduduk merupakan faktor penting yang
perlu untuk[5]
ditingkatkatkan, sebab jika penduduk terus-terusan sakit, akan berpengaruh
terhadap tingkat produktivitas. Artinya, semakin banyak penduduk yang sakit,
maka akan semakin rendah kualitas penduduk berdasarkan tingkat kesehatan kondisi
kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Selain cakupan yang
masih rendah, program yang diselenggarakan itu masih masih terfragmentasi
sehingga tidak menyentuh kebutuhan tumbuh kembang anak secara holistik.
Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia
dini mengakibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukkan
dengan rendahnya derajat kesehatan dan gizi.
Masalah kurang gizi pada anak dapat ditunjukkan dari kurangnya
energi dan protein (gizi makro) dan gizi
mikro (terutama kurang vitamin A, anemia, kurang yodium). Sampai dengan tahun
2000, keadaan gizi masyarakat menunjukkan kemajuan, yaitu terlihat dengan
menurunnya penderita masalah gizi utama (protein, karbohidrat) pada berbagai
kelompok umur. Akan tetapi sejak tahun 2000 sampai saat ini kekurangan gizi
pada anak balita meningkat, diantaranya menderita gizi buruk.
Rendahnya
derajat kesehatan dan gizi pada anak usia dini lebih banyak terjadi pada anak
yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang tinggal di wilayah pedesaan,
serta di wilayah dengan penyediaan layanan social dasar yang tidak memadai Sedangkan
untuk meningkatkan/meratakan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang
terjangkau, diwujudkan melalui revitalisasi sistim kesehatan dasar dengan
memperluas jaringan yang efektif dan efisien termasuk Posyandu dan Polindes,
peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan/revitalisasi kader PKK,
pembentukan standar pelayanan kesehatan minimum untuk kinerja sistim kesehatan
yang komprehensif, serta memperbaiki sistim informasi pada semua tingkatan
pemerintah.
Upaya
surveillance dan monitoring dilakukan melalui peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pelaporan hal-hal penting, pengalokasian budget dan personil
pada saat outbreak investigation, control dan rapid response, peningkatan early
warning system/penunjang kedaruratan, serta pengaplikasian National Pandemic
Preparedness Plan.
Untuk pendanaan
kesehatan, Depkes akan meningkatkan anggaran sektor kesehatan nasional melalui
APBN sebesar 5-15%, meningkatkan anggaran kesehatan di daerah melalui APBD
sebanyak 15%, melakukan penghapusan wajib setor hasil pelayanan kesehatan di
daerah, meningkatkan transfer dana dari pusat untuk sektor kesehatan daerah
melalui dana alokasi khusus (DAK), dana dekonsentrasi (Dekon), meningkatkan
anggaran untuk prevensi dan promosi serta membentuk sistim jaminan kesehatan
sosial nasional (Askeskin).
Lebih lanjut
Menkes menegaskan bahwa untuk melaksanakan pembinaan pembangunan kesehatan
diperlukan dukungan politis dalam upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB). Selain itu semua desa harus memiliki tenaga bidan
yang berkualitas (capable) yang ditunjang dengan dukungan operasional yang
memadai. Sejauh ini semua desa telah memiliki Pondok Persalinan Desa yang
dilengkapi dengan sarana dan biaya operasional yang memadai semua Puskesmas telah
memiliki tenaga dokter dengan didukung tenaga paramedis dan non medis sesuai
standar dan dilengkapi dengan sarana dan biaya operasional yang memadai. Semua
Puskesmas juga mampu melaksanakan pelayanan obstetrik dan neonatal dasar
(PONED). Sedangkan semua rumah sakit di kabupaten/kota mampu melaksanakan
pelayanan obstetrik dan neonatal komperehensif (PONEK). Pada akhirnya
diperlukan kemauan dan kesadaran penduduk dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak.
3.
Ekonomi
Sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor dalam perubahan perekonomian. Dalam
artian bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki
keterampilan serta berdaya saing tinggi. Dalam kaitannya dengan hal tersebut
ada hal yang penting yang menyangkut kondisi sumber daya manusia Indonesia,
yaitu :
Pertama
adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi sekitar 92,73 juta orang, sementara
jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang, dan ada
sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini
meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
Kedua,
tingkat pendidikan angkatan kerja ada yang masih relatif rendah. Struktur
pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu
sekitar 63,2%.
Kedua
masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan
rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi lesunya
dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini
mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan
tinggi. Sementara di sisi lain, jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi
terus meningkat. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi
menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia'
Fenomena
meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut
bertanggung jawab. Fenomena pengangguran sarjana merupakan kritik bagi
perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya menciptakan iklim pendidikan yang mendukung
kemampuan wirausaha mahasiswa masalah sumber daya manusia ini menyebabkan
proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang di dukung oleh produktivitas
tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32
tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari
pemanfaatan sumber daya alam intensif (hutan dan hasil tambang), arus modal
asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian bukan berasal
dari kemampuan produktivitas sumber daya manusia yang tinggi.
Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan
pembangunan akibat dari rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam
menghadapi persaingan ekonomi. Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi
bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pad masa lalu.
Rendahnya
alokasi APDN untuk sektor pendidikan pada serius dari pemerintah pusat terhadap
perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM). Padahal sudah saatnya perbaikan
baik tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun
perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia
secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki dengan
kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian
nasional.
D.
Pengembangan SDM
Pengembangan
sumber daya manusia dapat diartikan sebagai usaha mempersiapkan orang baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dengan segala kedudukannya.
Hal ini berarti bahwa usaha itu tidak terbatas pada pembinaan kemampuan fisik
melainkan juga kemampuan mental sebagai pendukung suatu kebudayaan. Dengan
demikian maka pengembangan sumber daya manusia itu harus dapat mempersiapkan
keterampilan jasmaniah seseorang agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya
serta tanggungannya.
Pengembangan
sumberdaya manusia juga harus dapat mempersiapkan seseorang untuk memainkan
peranan sosial secara mantap sesuai dengan kedudukan-kedudukannya di
masyarakat. Oleh karena itu praktek komunikasi atau interaksi sosial yang
efektif itu hanya mungkin terselenggara kalau ada pranata yang terwujud atas
dasar nilai-nilai, maka pengembangan sumberdaya manusia berarti usaha aktif
penanaman sikap dan keterampilan pada anggota masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku sebagai pedoman hidup yang mengembalikan pola tingkah
laku sosial mereka.
Melalui
proses enkulturasi sebagai pendidikan dalam arti luas, pengembangan sumber daya
manusia menjelang diharapkan akan dapat menghasilkan manusia Indonesia yang
tangguh baik sebagai perorangan, sebagai anggota suatu masyarakat ataupun
sebagai pendukung suatu kebudayaan yang aktif. Dengan demikian manusia
Indonesia seutuhnya itu tidak hanya mampu berusaha memenuhi kebutuhan pokok
bagi diri sendiri ataupun tanggungannya semata, akan tetapi bersama-sama dengan
anggota masyarakat lainnya ia mampu mencapai tujuan bersama secara efektif
Disamping itu, sebagai pendukung kebudayaan ia harus mampu mengembangkan
gagasan kreativitas berkarya kearah pembaharuan kebudayaan atas dasar tradisi
setempat maupun secara selektif juga atas dasar pengaruh kebudayaan asing yang
akan memperkaya sisitem idea, sistem sosial, maupun sistem teknologi yang
diperlukan dalam menghadapi tantangan hidup selanjutnya Peningkatan kualitas
sumber daya manusia dari segi non fisik di utamakan pada segi-segi yang
berkaitan dengan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Yakni iman yang
berkaitan dengan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan Maha Pencipta, budi
pekerti yang berkaitan dengan keselarasan hubungan sesama manusia dan
masyarakat, dan akal pikiran yang berkaitan dengan keselarasan hubungan manusia
dengan lingkungan alam.
Ada beberapa
masalah yang dihadapi dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia
dipandang dari segi kebudayaan.
1.
Kenyataan bahwa bangsa Indonesia ini hidup dalam masyarakat yang
majemuk terdiri dari banyak suku bangsa dan golongan dengan latar belakang
anekaragam kebudayaan yang menjadi kerangka acuan dalam pergaulan sosial.
2.
Berkaitan dengan pembangunan yang pada hakikatnya merupakan usaha
peningkatan kesejahteraan di segala bidang. Dalam penyelenggaraannya dilakukan
dalam tempo yang relatif singkat, banyak teknologi dan ilmu pengetahuan asing
yang diadopsi untuk mempercepat proses. Akibatnya akan menuntut adaptasi
(penyerapan) ke dalam sistem budaya yang ada dan bahkan tidak mungkin akan
menggeser nilai-nilai yang tidak sesuai lagi atau mengembangkan nilai-nilai
yang lebih cocok dengan tuntutan pembangunan.
3.
Akibat kontak-kontak dengan kebudayaan asing yang dipermudah oleh
kemajuan teknologi pada akhir-akhir ini.
Hampir
tidak mungkin bagi suatu masyarakat dewasa ini untuk menghindarkan diri dari
pergaulan antar bangsa dan intas budaya. Peralatan komunikasi dan transportasi
yang di dukung oleh teknologi modern memperlancar dan menambah intensitas
kontak-kontak kebudayaan. Baik secara langsung ataupun tidak langsung, orang
dapat melakukan komunikasi tanpa mengenal batas lingkungan geografis, politik
maupun kebudayaan.
Untuk
mengatasi masalah yang pertama, di perlukan sistem sosial yang mampu
mengendalikan pergaulan antara sesama penduduk tanpa memandang asal kesukuan
maupun golongan. Akan tetapi untuk mengembangkan sistem sosial yang memadai
diperlukan landasan yang diterima sebagai kerangka acuan bersama, yaitu
kebudayaan sebagai sistem arti nilai, gagasan vital dan keyakinan, Dalam hal
ini, pemerintah telah berusaha untuk mengembangkan kebudayaan nasional yang
diharapkan akan mendominasi kehidupan sosial bangsa Indonesia secara
keseluruhan.
Sistem-sistem
sosial itu akan terwujud apabila orang telah menghayati kebudayaan sebagai
sistem nilai gagasan vital dan keyakinan yang akan menjadi kerangka acuan yang
akan mendominasi pola tingkah laku angota masyarakat Indonesia hendaknya
diarahkan pada penanaman dan penghayatan nilai-nilai gagasan dan keyakinan yang
disepakati bersama sebagai pedoman hidup bernegara dn bermasyarakat.
Enkulturasi
juga berkaitan dengan proses pembangunan yang pada hakikatnya merupakan upaya meningkatkan
kesejahteraan hidup bersama. Akan tetapi upaya peningkatan kesejahteraan hidup
bersama. Akan tetapi usaha peningkatan kesejahteraan terencana dan
diselenggarakan dalam tempo yang relatif singkat sering kali menimbulkan banyak
masalah. Usaha peningkatan kesejahteraan itu mendorong orang untuk dengan cepat
mendatangkan ilmu dan teknologi asing dan belum tentu sama dengan kebudayaan
yang mendominasi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dari sistem teknologi
yang di impor, akhirnya akan menuntut penyesuaian pada sistem sosial atau pola
interaksi penduduk setempat yang akhirnya cepat atau lambat akan menggeser
nilai-nilai budaya setempat.
Tidak
semua teknologi dan ilmu pengetahuan yang diserap akan menimbulkan perubahan
pada sistem sosial dan sistem idea setempat. Akan tetapi untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya ketegangan, sudah sepatutnya kalau setiap warga negara
Indonesia di bekali dan diperkuat kesadaran mereka dengan pengetahuan
kebudayaan yang memadai sehingga mereka nantinya dapat secara selektif dan
aktif menyerap pengaruh kebudayaan asing. Disamping itu dengan bekal
pengetahuan kebudayaan yang memadai setiap warga negara Indonesia akan dapat
melihat, memahami dan memilih-milih gejala dan tantangan yang dihadapi untuk
kemudian merencanakan serta menentukan sikap ataupun perbuatan sesuai dengan
nilai-nilai. Dengan bekal pengetahuan kebudayaan yang sama diharapkan setiap
warga negara Indonesia akan dapat menanggapi segala tantangan yang timbul dari
lingkungannya maupun perkembangan sejarah tanpa memastikan daya kreativitas
yang inovatif dalam menanggapi dinamika kebudayaan baik karena pengaruh sesama
kebudayaan Indonesia yang tumbuh dan berkembang di daerah maupun karena
pengeruh ebudayan asing yang akan memperkaya kebudayaan nasional.
Sumber daya
manusia harus dapat dibina dan diarahkan secara tepat agar mampu mengembangkan
potensinya, antara lain :
1.
Manusia yang profesional, yang memiliki keahlian dan ketarampilan
sehingga mampu bekerja lebih produktif.
2.
Manusia yang berkembang kemampuan intelektualnya sehingga mampu
menjadi pelopor perubahan masyarakat.
3.
Manusia yang berjiwa wiraswasta yang mampu menciptakan lapangan
kerja untuk dirinya sendiri, tidak tergantung pada kesempatan kerja yang
diciptakan pemerintah, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang
lain
4.
Manusia sebagai tenaga kerja yang berkeahlian dan berketerampilan
sehingga dari kesempatan kerjanya dapat menikmati kehidupan yang layak.
IV.
Kesimpulan
Sumber
daya manusia adalah semua potensi yang berhubungan dengan data kependudukan
yang dimiliki oleh suatu daerah atau negara yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia Kualitas sumber daya manusia merupakan merupakan
komponen penting dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia
yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah
penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai,
hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah keadaan
penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan
yang telah dicapai Tiga
faktor utama penentu HDI ( Human Development Indeks ) yang dikembangkan UNDP
adalah : Pendidikan, kesehatan, dan ekonomi
Pengembangan
sumber daya manusia dapat diartikan sebagai usaha mempersiapkan orang baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dengan segala kedudukannya.
Hal ini berarti bahwa usaha itu tidak terbatas pada pembinaan kemampuan fisik
melainkan juga kemampuan mental sebagai pendukung suatu kebudayaan. Dengan
demikian maka pengembangan sumber daya manusia itu harus dapat mempersiapkan
keterampilan jasmaniah seseorang agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya
serta tanggungannya
DAFTAR PUSTAKA
Kadir, Mardjan
dan Umar Ma'sum. Pendidikan Di Negara Sedang Berkembang . 1982. Surabaya:Usaha
Nasional.
Masruri,
Muhsinatun Siasah,dkk. Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup. 2002.
Yogyakarta: UPT MKU UNY
Sandi, I Made.
Geografi Regional Republik Indonesia. 1985. Jakarta:Jurusan Geografi FMIPA UI
Soerjani,
Moh,dkk. Lingkungan Sumber Daya Alam Dan Kependudukan Dalam Pembangunan. 1987.
Jakarta:UI-PRESS.
Wahono,dkk.
Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. 1995.
Semarang:Departeman Pendidikan Dan Kebudayaan
[1] Kadir,
Mardjan dan Umar Ma'sum. Pendidikan Di Negara Sedang Berkembang . 1982.
Surabaya hal 23-25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar